PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al Qur’an merupakan wahyu Allah yang diberikan kepada nabi Muhammad melalui perantaraan malaikat Jibril untuk di sampaikan kepada seluruh umat manusia. Adapun Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut :
Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s. dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Naas. (http://id.wikipedia.org)
Al Qur’an diturunkan dengan bahasa kaum Arab sebagaimana dalam surat Az Zukhruf ayat 3 yang berbunyi :

Artinya : Sesungguhnya Kami menjadikan Al-Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya). (http://www.alquranindonesia.com)
Fungsi Al Qur’an bagi umat Islam adalah sebagai sumber hukum Islam, karena di dalamnya terkandung berbagai ajaran, seperti Aqidah, Ibadah, Ahlak, Hukum, Peringatan dan Sejarah. Untuk mengfungsikan Al Qur’an bagi umat muslim, langkah pertama yaitu harus dapat membacanya, dan membaca Al Qur’an termasuk ibadah.
Agama Islam telah berkembang dan menyebar di seluruh permukaan bumi, berbagai bangsa dengan berbagai bahasa telah terpengaruh oleh Islam, dan Indonesia merupakan salah satu bangsa yang terpengaruh oleh ajaran Islam. Indonesia dikenal dunia sebagai negara berpenduduk Muslim terbanyak, yaitu sebanyak 203 juta jiwa. ( http://islam.about.com )
Kegiatan – kegiatan di masyarakat muslim Indonesia dalam mempelajari Al Qur’an umumnya terdapat di sekolah, madrasah, pesantren, mesjid, dan lain – lain, tetapi kegiatan – kegiatan tersebut tidak bisa menyentuh masyarakat Islam Indonesia seluruhnya, khususnya dalam peningkatan kemampuan membaca Al Qur’an, sehingga banyak masyarakat muslim Indonesia mengalamai buta huruf Al Qur’an.
Menurut data yang diperoleh dari Departemen Agama Republik Indonesia, angka buta huruf Al Qur’an masyarakat Indonesia pada tahun 2001 mencapai 80% dari total masyarakat Muslim. (http://metodealbna.webs.com)
Hal ini tentu bisa diakibatkan oleh berbagai sebab, salah satu kemungkinannya adalah tidak efektifnya atau bahkan tidak adanya pembelajaran membaca Al Qur’an di masyarakat, dan atau penyampaian metode belajar Al Qur’an yang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat dan perkembangan zaman. Karena dalam dunia pendidikan metode jauh lebih penting dari materi. Sebuah proses belajar mengajar bisa dikatakan tidak berhasil bila dalam proses tersebut tidak menggunakan metode. Karena metode menempati posisi kedua terpenting setelah tujuan dari sederetan komponen-komponen pembelajaran : tujuan, metode, materi, media dan evaluasi. (Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. (Jakarta: Ciputat Press,2002), Hal.109. (http://idb4.wikispaces.com)
Metode secara harfiah berarti “cara”. Dalam pemakaian umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Kata ‘mengajar’ sendiri berarti memberi pelajaran. Omar Muhammad al Toumi (1983) mengatakan terdapat beberapa cirri dari sebuah metode yang baik untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu :
1. Berpadunya metode dari segi tujuan dan alat dengan jiwa dan ajaran ahlak Islami yang mulia.
2. Bersifat luwes, fleksibel dan memiliki daya sesuai dengan watak siswa dan materi.
3. Bersifat fungsional dalam menyatukan teori dengan praktek dan mengantarkan siswa pada kemampuan praktis.
4. Tidak meruduksi materi, bahkan sebaliknya justru mengembangkan materi.
5. Memberikan keleluasaan pada siswa untuk menyatakan pendapatnya.
6. Mampu menempatkan guru dalam posisi yang tepat, terhormat dalam keseluruhan proses pembelajaran. (Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, 2006: 55-56)
Demikian pula dalam mengajarkan baca tulis Al Qur'an harus menggunakan metode. Dengan menggunakan metode yang tepat akan menjamin tercapainya tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dan merata bagi siswa (Metode-metode mengajar Al-Qur'an di sekolah-sekolah Umum, Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam1994/1995 h. 64-65 ). (http://www.wahdah.or.id )
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi jumlah buta huruf Al Qur’an, salah satunya dengan mengembangkan dan menciptakan metode membaca Al Qur’an yang efektif. Berbagai metode belajar Al Qur’an yang telah dikembangakan dan diciptakan di Indonesia, antara lain : Metode Baghdadiyah, Metode Iqro’, Metode Qiro’ati, Metode Al Barqi, Metode Tilawati, Metode Iqro’ Dewasa, Metode Iqro’ Terpadu, Metode Iqro’ Klasikal Dirosa ( Dirasah Orang Dewasa ) PQOD ( Pendidikan Qur’an Orang Dewasa ). (http://www.wahdah.or.id )
Metode metode tersebut menawarkan berbagai keefektifitasan, mulai dari kepraktisan, kecepatan, ketepatan dan lain lain. Dan salah satu metode yang berkembang adalah metode Al Barqy.
Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Eva Masithoh Wijayanti, Isyatin Rodhiyah dengan penelitiannya yang berjudul Aplikasi Metode Al Barqy Pada Pengajaran Baca Tulis Al Qur’an Di Madrasah Diniyah Al Huda Kecamatan Andir Kota Bandung, menyimpulkan bahwa pengajaran baca tulis Al Qur’an dengan menggunakan metode Al Barqy hasilnya cukup baik dengan data yang diperoleh bahwa sebanyak 46,7 % siswa mampu membaca Al Qur’an dan sebanyak 56,7 % siswa mampu menulis huruf Al Qur’an. (Isyatin Rodhiyah,2002)
Hampir sama dengan penelitian penelitian metode Al Barqy di atas, Lilik Azizah meneliti dengan judul Efektivitas Pembelajaran Baca Tulis Al Qur’an Dengan Menggunakan Buku Al Barqy Di taman Pendidikan Al Qur’an Nurut Taqwa Malang, lebih menitik beratkan pada penggunaan media belajar berupa buku Al Barqy, adapun hasil penelitiannya bahwa kemampuan membaca santri TPQ Nurut Taqwa Malang dapat dikatakan masih dalam taraf cukup(http://karya-ilmiah.um.ac.id)
Adapun hasil penelitian dari Saprun dengan judul Penerapan Metode Al Barqy Dalam Pembelajaran Al Qur’an Bagi Siswa Kelas III, IV Dan V Sekolah Dasar Muhammadiyah Kayen Condongcatur Depok Sleman Yogyakarta Tahun Ajaran 2008/2009, menunjukan bahwa setelah menerapkan metode Al Barqy dalam pengajaran Al Qur’an mayoritas murid sudah mampu membaca Al Qur’an dengan baik sebanyak 91,13 %. (http://etd.eprints.ums.ac.id)
Sedangkan menurut penelitian Puslitbang Pendidikan Agama bekerja sama dengan Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum Negeri Ditjen Binbaga Agama Islam Depag tahun 1992/1993, menyimpulkan bahwa metode Al Barqi lebih cepat dibanding metode lain. (http://www.hamline.edu)
Dan Pada tahun 2000 Departemen Agama RI telah membuktikan metode Al Barqy melalui penelitian yang diadakan di lima kota. Dari lima metode yang diberi kesempatan untuk menunjukan keunggulannya dalam waktu dua bulan di lima kota, hanya Al Barqy yang dapat menyelesaikan materinya dalam waktu satu bulan dengan hasil anak didik mampu baca Al Qur’an dari Nol. Metode yang lain tidak dapat menyelesaikan meskipun sudah diberi tambahan intensif di luar jam yang ditentukan dalam penelitian.
Dan salah satu lembaga pendidikan yang menggunakan metode Al Barqy sebagai metode belajar membaca Al Qur’annya adalah Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Amanah Lembang Kabupaten Bandung Barat. Metode Al Barqy di SDIT Al Amanah Lembang dapat menjadi program percontohan bagi masyarakat Lembang dalam mengembangkan kemampuan membaca Al Qur’an secara cepat dan dapat membantu pemerintah dalam memberantas buta huruf Al Qur’an.
Dari paparan di atas, penulis mempunyai pertanyaan penelitian yaitu bagaimana efektifitas metode Al Barqi dalam membaca Al Qur’an dibanding metode lain. Padahal metode lain juga menawarkan efektifitas dalam membaca Al Qur’an.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana kemampuan membaca Al Qur’an siswa kelas satu SD Mathla’ul Khoeriyah sebelum mendapat metode Al Barqy ?
2. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan metode Al Barqy untuk pengembangan kemampuan membaca Al Qur’an pada siswa kelas satu SD Mathla’ul Khoeriyah ?
3. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan metode Al Barqy untuk pengembangan kemampuan membaca Al Qur’an pada siswa kelas satu SD Mathla’ul Khoeriyah ?
4. Seberapa besar efektivitas metode Al Barqy untuk pengenbangan kemampuan membaca Al Qur’an pada siswa kelas satu SD Mathla’ul Khoeriyah ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Kemampuan membaca Al Qur’an siswa kelas satu SD Mathla’ul Khoeriyah sebelum mendapat metode Al Barqy.
2. Perencanaan pembelajaran dengan metode Al Barqy untuk peningkatan kemampuan membaca Al Qur’an pada siswa kelas satu SD Mathla’ul Khoeriyah.
3. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode Al Barqy untuk peningkatan kemampuan membaca Al Qur’an pada siswa kelas satu SD Mathla’ul Khoeriyah.
4. Efektivitas metode Al Barqy untuk peningkatan kemampuan membaca Al Qur’an pada siswa kelas satu SD Mathla’ul Khoeriyah.
D. Kegunaan Penelitian
1. Dari segi keilmuan diharapkan dapat memperkaya khazanah metode belajar membaca Al Qur’an.
2. Dari segi kepraktisan diharapkan dapat :
a. menjadi bahan rujukan tentang metode belajar membaca Al Qur’an Al Barqy
b. menjadi bahan pembanding bagi peneliti yang mengadakan penelitian yang terkait dengan metode belajar nenbaca Al Qur’an Al Barqy.
E. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini ada dua variabel yang perlu mendapatkan definsi secara operasional, yaitu :
1. Kemampuan membaca Al Qur‘an adalah ketrampilan yang dilakukan untuk mengenal, melafalkan huruf – huruf hijaiyah beserta tanda bacanya lalu merangkaikan huruf – huruf tersebut menjadi kalimat bacaan dengan Bahasa Arab yang terdapat dalam Al Qur’an.
2. Metode Al Barqy adalah metode membaca Al Qur’an yang ditemukan oleh K.H. Muhadjir Sulthon. Metode ini menggunakan pengenalan huruf dengan pendekatan global atau Gestald Psycology yang bersifat Analitis Sintetis yang juga dikenal dengan nama (Struktural Analitik Sintetik).
Metode Al Barqy menggunakan pendekatan global melalui kata lembaga yaitu :
سَ مَ لَ بَ - نَ وَ َ ت كَ - مَ هَ كَ يَ - اَ دَ رَ جَ
Metode Al Barqy menggunakan fase pembelajaran :
1. Pengenalan huruf hijaiyah (dengan menggunakan ‘kata lembaga‘).
2. Pengenalan tanda baca / baca.
3. Pengenalan huruf – huruf sulit.
4. Pengenalan tanwin.
5. Pengenalan mad / tanda bunyi panjang.
6. Pengenalan sukun dan tasydid.
7. Latihan dari Al Qur’an.
8. Tajwid sederhana
F. Kerangka Pemikiran
Kerangka Pemikiran penulis dalam penelitian ini adalah :
1. Al Qur’an adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad S.A.W. dan disampaikan kepada umatnya untuk dibaca dan dipelajari.( http://id.wikipedia.org)
Al Qur’an adalah mujizat dari Allah kepada Nabi Muhammad S.A.W. Fungsi Al Qur’an adalah sebagai petunjuk bagi umat manusia dengan berbagai suku bangsa dan bahasa. Agar manusia mengerti petunjuk dari Al Qur’an yang berbahasa Arab, maka harus mempelajarinya, mulai dari membaca bacaan maupun makna ayatnya. Salah satu pelajaran awal dalam mempelajari Al Qur’an adalah belajar membaca Al Qur’an.
2. Metode merupakan komponen pembelajaran yang penting, karena metode menempati posisi kedua terpenting setelah tujuan dari sederetan komponen-komponen pembelajaran : tujuan, metode, materi, media dan evaluasi. (Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. (Jakarta: Ciputat Press,2002), Hal.109. (http://idb4.wikispaces.com)
Metode adalah cara atau jalan untuk mencapai tujuan. Metode bagai jalan penghubung antara materi pembelajaran dan tujuan pembelajaran. Metode digunakan agar guru mampu memberikan materi pelajaran kepada siswa dengan tepat.
3. Diperlukan metode yang tepat dalam mengajarkan membaca Al Qur’an.
(Metode-metode mengajar Al-Qur'an di sekolah-sekolah Umum, Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam1994/1995 h.64-65). (http://www.wahdah.or.id)
Al Qur’an merupakan kitab suci yang berbahasa Arab. Bacaan Al Qur’an berbeda dengan bacaan Bahasa Indonesia atau pun bahasa lainnya, sehingga berbeda pula cara membaca maupun mengajarkannya. Agar dapat membaca Al Qur’an dengan tepat, maka diperlukan suatu metode mengajarkan Al Qur’an yang tepat.
4. Pokok pandangan Gestalt ialah bahwa objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan. Makna suatu objek atau peristiwa adalah terletak pada keseluruhan bentuk atau konfigurasi dan bukan bagian – bagiannya. Jadi, suatu objek atau peristiwa dapat dilihat maknanya apabila diamati dari segi keseluruhannya dan bukan jumlah bagian – bagian. (Mohamad Surya,2004: 30-31)
Teori Pembelajaran Gestalt memandang suatu objek atau peristiwa dapat dilihat maknanya apabila diamati dari segi keseluruhannya dan bukan jumlah bagian – bagiannya.
5. Metode SAS adalah suatu metode pengajaran yang menampilkan struktur, bentuk atau susunan dari kalimat, frase, atau kata terlebih dahulu, kemudian dianalisis menjadi unsur suku kata, huruf dan kemudian disintesis kembali menjadi struktur seperti semula. (http://repository.upi.edu)
6. Metode Al Barqy adalah metode membaca Al Qur’an yang ditemukan oleh K.H. Muhadjir Sulthon. Metode ini meggunakan pengenalan huruf dengan pendekatan global atau Gestald Psycology yang bersifat Analitis Sintetis yang juga dikenal dengan nama (SAS / Struktural Analitik Sintetik). (Muhadjir Sulthon,2011: iv)
G. Metode dan Teknik Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy Eksperimental atau Kuasi Semu. Metode ini adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap obyek yang dilakukan dengan adanya kontrol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut, dengan cara memberikan perlakuan – perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dengan menyediakan kontrol sebagai bahan perbandingan. (Bohar Soeharto,1993 : 82)
2. Teknik Penelitian
Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Test
Test adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengukuran, intelegensi, kemmapuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
b. Observasi
Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena – fenomena yang diselidiki, baik secara langsung maupun tidak langsung.
c. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitiaan dengan cara tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sumber data.
(Bohar Soeharto,1993 : 114 - 117)






BAB II
TELAAH KEPUSTAKAAN
TENTANG METODE MEMBACA AL QUR’AN AL BARQY
A. Kedudukan Metode Al Barqy dalam Belajar Mengajar Al Qur’an
1. Metode Al Barqy sebagai alat motivasi ekstrinsik membaca Al Qur’an
Berdasarkan penelitian oleh Kerjasama Pusat Penelitian Pengembangan Pendidikan Agama Badan Litbang Agama dengan Direktorat Pembinaan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum Negeri, bahwa metode Al Barqy metode paling cepat paling dibandingkan dengan metode lain.
Metode Al Barqy dengan kecepatan waktu 200 menit mampu membaca Al Qur’an, menjadi alat motivasi yang aktif yang dapat membangkitkan seseorang untuk belajar membaca Al Qur’an.
2. Metode Al Barqy sebagai Strategi Pengajaran
Metode Al Barqy menggunakan teknik penyajian dengan :
1. Konsentrasi menggunakan titian ingatan A - I - U / Fathah - Kasrah - Dhomah.
Kata Lembaga
|
Kata Lembaga
|
Kata Lembaga
|
Kata Lembaga
| |
سَ مَ لَ بَ
|
نَ وَ َ ت كَ
|
مَ هَ كَ يَ
|
اَ دَ رَ جَ
|
Vokal A / Harakat
Fathah َ
|
بِ لِ مِ سِ
|
نِ وِ تِ كِ
|
مِ هِ كِ يِِ
|
اِ دِ رِ جِ
|
Vokal I / Harakat Kasrah ِ
|
بُ لُ مُ سُ
|
نُ وُ تُ كُ
|
يُ كُ هُ مُ
|
جُ رُ دُ اُ
|
Vokal U / Harakat Dhomah ُ
|
نَسِ
|
كَمِ
|
مَتِ
|
بَلِ
|
Contoh contoh penggabungan huruf dan harakat
|
بِسُ
|
جِتُ
|
إِبُ
|
إِتُ
| |
جُتَ
|
بُكَ
|
مُُكَ
|
كُدَ
|
2. Isyarat Bunyi ( Morse )
Bacaan Tanwin ditahan Dua Ketukan
|
Bacaan Panjang Dua Ketukan
|
Bacaan Pendek Satu Ketukan
|
Contoh Huruf
| ||||||
Isyarat Bunyi ( Morse ) Dua Ketukan
|
Isyarat Bunyi ( Morse )
Dua Ketukan
|
Isyarat Bunyi ( Morse )
Satu Ketukan
| |||||||
● ●
|
● ●
|
● ●
|
● ●
|
● ●
|
● ●
|
●
|
●
|
●
| |
اٌ
|
اٍ
|
اً
|
ﺍُﻮ
|
اِﻴ
|
ﺀﺍَ
|
اُ
|
اِ
|
اَ
|
اَ
|
ﺩٌ
|
ﺩٍ
|
ﺪًﺍ
|
ﺪُﻭ
|
ﺪِﻴ
|
ﺩَﺍ
|
ﺪِ
|
ﺪِ
|
ﺩَ
|
ﺪَ
|
رٌ
|
رٍ
|
رًﺍ
|
رُﻮ
|
رِﻴ
|
رَا
|
رُ
|
رِ
|
رَ
|
رَ
|
جٌ
|
جٍ
|
جًا
|
جُو
|
جِي
|
جَا
|
جُ
|
جِ
|
جَ
|
جَ
|
3. Menggunakan pengenalan dengan titian unta ( urutan yang mengarah ) yaitu dalam mengajarkan sukun / huruf mati dan tasydid / huruf ganda.
السُّكُونُ / Huruf Mati







مُبْدَلٌ
|
مُبْدِلٌ
|
اِبْدَالٌ
|
يُبْدِلُ
|
اَبْدَلَ
|
بْ اَ
|
بَ اَ
|
بْ
|
مُتْقَََنٌ
|
مُتْقِنٌ
|
اِتْقََانٌ
|
يُتْقِنُ
|
اَتْقََََََنَ
|
اَتْ
|
اَتَ
|
تْ
|
مُثْمَنٌ
|
مُثْمِنٌ
|
اِثْماَنٌ
|
يُثْمِنُ
|
اَثْمَنَ
|
اَثْ
|
اَثَ
|
ثْ
|
التَّشْدِيْدُ / Huruf Ganda
![]() |
مُسَبَّحٌ
|
مُسَبِّحٌ
|
تَسْبِيْحٌ
|
يُسَبِّحُ
|
سَبَّحَ
|
اَبَّ
|
َ اَبْ
|
مُسَتَّرٌ
|
مُسَتِّرٌ
|
تَسْتِيْرٌ
|
يُسَتِّرُ
|
سَتَّرَ
|
اَتَّ
|
اَتْ َ
|
مُؤَثَّرٌ
|
مُؤَثِّرٌ
|
تَأْثِيْرٌ
|
يُؤَثِّرُ
|
اَثَّرَ
|
اَثَّ
|
َ اَثْ
|
4. Menggunakan latihan bacaan ( drill ) dalam mengenalkan makhroj maupun kepekaan terhadap huruf dan kefasihan membaca.
3. Metode Al Barqy sebagai alat mencapai tujuan mampu membaca Al Qur’an
Metode Al Barqy dalam mencapai tujuan mampu membaca Al Qur’an melalui beberapa tahap pembelajaran, yaitu :
1. Pengenalan huruf hijaiyah ( dengan menggunakan ‘kata lembaga‘ ).
سَ مَ لَ بَ - نَ وَ َ ت كَ - مَ هَ كَ يَ - اَ دَ رَ جَ
2. Pengenalan tanda baca / bunyi.
Tanda Baca / Bunyi
| ||||
سَ مَ لَ بَ
|
نَ وَ َ ت كَ
|
مَ هَ كَ يَ
|
اَ دَ رَ جَ
|
Vokal A / Harakat
Fathah / َ
|
بِ لِ مِ سِ
|
نِ وِ تِ كِ
|
مِ هِ كِ يِِ
|
اِ دِ رِ جِ
|
Vokal I / Harakat Kasrah / ِ
|
بُ لُ مُ سُ
|
نُ وُ تُ كُ
|
يُ كُ هُ مُ
|
جُ رُ دُ اُ
|
Vokal U / Harakat Dhomah / ُ
|
3. Pengenalan huruf – huruf sulit.
![]() | ![]() | ![]() | ![]() |
شَ
|
ذَ
|
زَ
|
ثَ
|
ﻫَ
![]() |
وَ
![]() | ![]() |
حَ
|
فَ
|
عَ
|
ذَ
![]() |
تَ
![]() |
دَ
![]() |
سَ
![]() |
ظَ
|
طَ
|
ضَ
|
صَ
|
ﻫَ
![]() |
حَ
![]() |
كَ
![]() |
غَ
|
خَ
|
قََ
|
4. Pengenalan tanwin.
اٌ
|
اُ
|
اٍ
|
اِ
|
اً
|
اَ
|
دٌ
|
دُ
|
دٍ
|
دِ
|
دً
|
دَ
|
رٌ
|
رُ
|
رٍٍ
|
رِ
|
رً
|
رَ
|
جٌ
|
جُ
|
جٍ
|
جِ
|
جً
|
جَ
|
5. Pengenalan mad / tanda bunyi panjang.
Bacaan Tanwin ditahan Dua Ketukan
|
Bacaan Mad Panjang Dua Ketukan
|
Bacaan Pendek Satu Ketukan
|
Contoh Huruf
| ||||||
● ●
|
● ●
|
● ●
|
● ●
|
● ●
|
● ●
|
●
|
●
|
●
| |
اٌ
|
اٍ
|
اً
|
ﺍُﻮ
|
اِﻴ
|
ﺀﺍَ
|
اُ
|
اِ
|
اَ
|
اَ
|
ﺩٌ
|
ﺩٍ
|
ﺪًﺍ
|
ﺪُﻭ
|
ﺪِﻴ
|
ﺩَﺍ
|
ﺪِ
|
ﺪِ
|
ﺩَ
|
ﺪَ
|
6. Pengenalan sukun dan tasydid.
السُّكُونُ / Huruf Mati
مُبْدَلٌ
|
مُبْدِلٌ
|
اِبْدَالٌ
|
يُبْدِلُ
|
اَبْدَلَ
|
بْ اَ
|
بَ اَ
|
بْ
|
مُتْقَََنٌ
|
مُتْقِنٌ
|
اِتْقََانٌ
|
يُتْقِنُ
|
اَتْقََََََنَ
|
اَتْ
|
اَتَ
|
تْ
|
مُثْمَنٌ
|
مُثْمِنٌ
|
اِثْماَنٌ
|
يُثْمِنُ
|
اَثْمَنَ
|
اَثْ
|
اَثَ
|
ثْ
|
التَّشْدِيْدُ / Huruf Ganda
مُسَبَّحٌ
|
مُسَبِّحٌ
|
تَسْبِيْحٌ
|
يُسَبِّحُ
|
سَبَّحَ
|
اَبَّ
|
َ اَبْ
|
مُسَتَّرٌ
|
مُسَتِّرٌ
|
تَسْتِيْرٌ
|
يُسَتِّرُ
|
سَتَّرَ
|
اَتَّ
|
اَتْ َ
|
مُؤَثَّرٌ
|
مُؤَثِّرٌ
|
تَأْثِيْرٌ
|
يُؤَثِّرُ
|
اَثَّرَ
|
اَثَّ
|
َ اَثْ
|
7. Latihan dari Al Qur’an.
خَالِدِيْنَ فِيْهَا اَبَدًا
|
جَهُوْلاً طَلُوْمًا
|
مَجِيْدٌ حَمِيدٌ
|
عَذَابٌ اَلِيْمٌ بِمََا كَانُو
|
رَحِيْْمٌ رَؤُوفٌ
|
رَحِيْمٌ غَفُوْرٌ
|
قَرِيْبٍ اِلىٰ اَجَلٍ
|
حِسَابٍا يَسِِِيْرًا
|
عَلِيْمٌٌ عَزِيْزٌ
|
8. Tajwid sederhana.
HUKUM NUN SUKUN ( نْ ) DAN TANWIN ( -ً-- --ٍ- -ٌ-- )
|
![]() |
خ غ ح ع ﮪ ء
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]()
مِنْ اَنْهُرٍ يُنْعَمُ مَنْ حَوْلَهاَ مِنْ غَزَ - رَﺓٍ مَاءٍ مِنْ خَيْرِ الْمَنْبَعِ فِي الْجَبَلِ
|
B. Metode Al Barqy Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Gestalt
Metode Al Barqy menggunakan pendekatan keseluruhan bentuk melalui kata lembaga yaitu :
سَ مَ لَ بَ - نَ وَ َ ت كَ - مَ هَ كَ يَ - اَ دَ رَ ج
C. Metode Al Barqy Menggunakan Metode SAS
Metode Al Barqy menggunakan sistem :
1. Pengamatan sebuah struktur kata / kalimat.
2. Pemisahan.
3 Pemilihan.
4 Pemaduan.
اَ دَ رَ جَ
|
Struktur
( pengamatan )
|
1
| |||||
رَ جَ
|
اَ دَ
|
Analitik
(pemisahan / pemilihan)
|
2
| ||||
جَ
|
رَ
|
دَ
|
اَ
| ||||
جَجَجَ
|
ﺭَﺮَﺮَ
|
ﺪَ ﺪَ ﺪَ
|
ﺂ ﺁﺁ اَ اَ
|
Pengelompokan bentuk huruf
|
3
| ||
جَ َﺮ
![]() ![]()
َﺮ جَ
|
دَ ﺁ
![]() ![]()
ﺁ دَ
|
Sintetik
( pemaduan )
|
4
| ||||
جَرَاَ
|
اَجَرَ
| ||||||
جَرَدَ
|
جَدَرَ
| ||||||
Langkah ini adalah suatu metode yang memulai pengajaran dengan menampilkan struktur kalimat secara utuh dahulu, lalu kalimat itu dianalisis / dipisah dan lalu dipadukan kemudian dikembalikan pada bentuk semula atau menjadi beberapa bentuk baru.
Langkah pertama dalam pengenalan huruf Metode Al Barqy adalah : pengamatan sebuah struktur kata lembaga secara utuh, contohnya kata lembaga
اَ دَ رَ جَ
Langkah kedua adalah dengan pemisahan kata lembaga menjadi beberapa kata : رَ جَ - اَ دَ atau جَ - رَ - دَ - اَ
Langkah ketiga adalah dengan pemilahan kata lembaga menjadi satu kata : جَجََجَ - رَ رَ رَ - دَ دَ دَ - اَ اََ اََ
Langkah keempat adalah pemaduan , yaitu menggabungkan bagian dari kata lembaga menjadi beberapa bentuk struktur kata baru :
اََجََرَ - جَرَاَ - جَدَرَ - جَرَدَ
D. Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar
1. Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman A.M. (1988 : 90) adalah motif – motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Karena itu metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang.
2. Metode sebagai strategi pengajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar, menurut Dra.Roestiyah N.K. ( 1989 : 1 ), guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik – teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar.
3. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan
Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama komponen – komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya adalah komponen metode. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran. (Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, 2006: 55-56)
E. Teori Pembelajaran Gestalt
Psikologi Gestalt dirintis oleh Max Wertheimer seorang ahli psikologi jerman yang pada tahun 1912 mengadakan eksperimen mengenai pengamatan.
Gestalt yang dalam bahasa Jerman berarti konfigurasi atau organisasi. Pokok pandangan Gestalt ialah bahwa objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan. Organisasi ( tata susunan ) dasar melibatkan suatu figur ( bentuk ) yaitu apa yang menjadi pusat pengamatan, dan berlawanan dengan latar ( ground ), yaitu sesuatu yang melatar belakangi suatu bentuk sehingga bentuk itu nampak sebagai sesuatu yang bermakna. Makna suatu objek atau peristiwa adalah terletak pada keseluruhan bentuk atau konfigurasi dan bukan bagian – bagiannya. Jadi, suatu objek atau peristiwa dapat dilihat maknanya apabila diamati dari segi keseluruhannya dan bukan jumlah bagian – bagian. (Mohamad Surya,2004: 30-31)
F. Metode Struktur Analitik Sintetik (SAS)
Penggunaan metode struktur analitik sintetik ( SAS ) dilandasi oleh ilmu jiwa Gestalt. Teori ini beranggapan bahwa segala sesuatu yang ada di bumi adalah suatu kesatuan atau keseluruhan ( Mahendra, 1998:63). Kaitannya dengan bahasa bahwa suatu kata itu lebih berarti dari deretan huruf.
Metode struktur analitik sintetik ( SAS ) adalah suatu metode yang memulai pengajaran dengan menampilkan struktur kalimat secara utuh dahulu, lalu kalimat itu dianalisis dan pada akhirnya dikembalikan pada bentuk semula. Selain itu, metode struktur analitik sintetik juga dapat pula melalui frase atau kata, yang kemudian dianalisis menjadi kata, suku kata, huruf dan kemudian dikembalikan ke bentuk semula.
Abdurrahman (2003 : 216 ) menambahkan pengertian metode SAS adalah perpaduan antara metode fonik dengan metode linguistik.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan metode SAS adalah suatu metode pengajaran yang menampilkan struktur, bentuk atau susunan dari kalimat, frase, atau kata terlebih dahulu, kemudian dianalisis menjadi unsur suku kata , huruf dan kemudian disintesis kembali menjadi struktur seperti semula.
Menurut Aridi dan Jassin ( 1978 : 3 ), ada beberapa landasan pengunaan metode SAS yaitu :
1. Landasan Psikologis
· Pengamatan pertama anak bersifat global ( totalitas )
· Anak usia sekolah memiliki sifat ingin tahu
2. Landasan Paedagogik
· Mengembangkan potensi dan pengalaman anak
· Membimbing anak agar dapat mencari, memecahkan, dan menemukan jawaban suatu masalah membimbing, anak agar dapat bekerja sendiri dan bertanggung jawab
3. Landasan Linguistik
· Bahasa itu ucapan, bukan tulisan
· Unsur bahasa ialah kalimat
· Bahasa mempunyai struktur yang unik
Ada beberapa prinsip dalam metode SAS, yaitu :
a. Pengajaran selalu dimulai dengan menunjukan struktur kalimat secara utuh dan lengkap. Struktur terkecil adalah kalimat.
b. Struktur tersebut hendaklah membentuk konsep yang jelas dalam pikiran anak.
c. Struktur perlu ditampilkan berulang – ulang kali (drill).
d. Konsep yang jelas mendorong timbulnya hasrat untuk mengetaui unsur – unsurnya (analisis).
e. Anak mendapatkan unsur, fungsi unsur dan relasi antar struktur. Bagian – bagian ini kemudian dikembangkan menjadi struktur semula (sintesis).
(http://repository.upi.edu)
G. Penelitian yang Berkaitan dengan Penelitian Ini
1. Aplikasi Metode Al Barqy Pada Pengajaran Baca Tulis Al Qur’an Di Madrasah Diniyah Al Huda
Penelitian ini dilakukan oleh Isyatin Rodhiyah dengan judul Aplikasi metode Al Barqy Pada Pengajaran Baca Tulis Al Qur’an Di Madrasah Diniyah Al Huda. (Isyatin Rodhiyah,2002)
Penelitian ini meneliti tentang bagaimana penerapan metode Al Barqy pada pengajaran baca tulis Al Qur’an, serta faktor penunjang dan penghambatnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep Metode Al Barqy serta cara penerapan metode tersebut, dan untuk mendapatkan informasi tentang kemampuan siswa dalam baca tulis Al Qur’an dengan menggunkan metode Al Barqy.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, dengan mengambil tempat penelitian di Madrasah Diniyah Al Huda, Jl. Halteu Utara XI No.7, Kecamatan Andir Kota Bandung, dengan jumlah populasi 30 orang. Teknik pengumpulan datanya adalah : observasi, wawancara dan angket.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kemampuan masing – masing siswa dalam baca tulis Al Qur’an berbeda – beda. Hasil yang dicapai sesuai dengan data yang diperoleh menunjukan, bahwa sebanyak 56,7 % menyatakan siswa telah mampu menulis Al Qur’an. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengajaran Baca Tulis Al Qur’an dengan menggunakan Metode Al Barqy ahsilnya cukup baik. Adapun faktor penunjang dan penghambat dalam pelaksanaan Metode Al Barqy ini antara lain faktor sarana dan pra sarana, keadaan guru dan bagaimana cara mengajarnya, faktor motivasi yang dimiliki siswa, serta tingkat kecerdasan anak.
BAB III
PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DATA DAN TEMUAN
A. Pengumpulan Data
1. Persiapan Pengumpulan Data
a. Jenis Data
Yang dimaksud dengan data adalah sesuatu yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian yang dilakukan dengan menggunakan paremeter tertentu. Data dalam penelitian kualitatif biasanya tidak dituangkan dalam bentuk angka, namun lebih cenderung pada bentuk deskriptif, gambar, ataupun bagan yang di dasarkan pada fakta yang berjadi dalam penelitian.
Data Kualitatif (Qualitative Data), Menurut Widiyanto (2012:3) data kualitatif dibagi menjadi :
1. Data Nominal, Data Nominal adalah data yang paling rendah dalam level pengukuran data. Jika suatu pengukuran data hanya menghasilkan satu dan hanya satu kategori, sifat data ini adalah setara atau tidak menunjukkan tingkatan tertentu. Contoh: Data kelamin seseorang, “laki-laki dan “perempuan”, data ini termasuk nominal, karena seorang laki-laki tidak mungkin juga berkelamin perempuan. Data nominal dalam praktek statistik biasanya dijadikan “angka”, yaitu proses yang disebut kategori. Misalnya jenis kelamin laki-laki dikategorikan “1” dan perempuan dikategorikan sebagai “2”.
2. Data Ordinal, Data Ordinal adalah data yang menunjukkan pada tingkatan tertentu, sehingga jenis data ini merupakan tingkatan urutan dari yang lebih tinggi menuju ke urutan yang lebih rendah, dengan kata lain data hasil kategorisasi ini sifatnya tidak setara. Misalnya “pandai” diberi kategori “4”, “sedang” diberi kategori “3”, “kurang” diberi kategori “2”, “sangat kurang” diberi kategori “1”.
Data Kuantitafif (Quantitative Data), Menurut Widiyanto (2012:4), Data Kuantitatif adalah data berupa angka dalam arti yang sebenarnya. Data Kuantitatif dibedakan menjadi :
1. Data Interval, Data Interval adalah data statistik yang mempunyai jarak yang sama diantara hal-hal yang sedang diselidiki, satuan ukurannya mempunyai skala yang sama, antara kategori dapat diketahui selisihnya, menggunakan titik 0 (nol) tidak mutlak. Data interval ini tergolong sebagai data kontinu yang merupakan data yang tingkatannya lebih tinggi dibandingkan dengan data ordinal. Contoh: Suhu air A=1000C, air B=750C, air C=500C dan air D=00C.
2. Data Rasio, Data Rasio adalah data yang dapat dilakukan perhitungan aritmatika, data ini mempunyai nilai nol (0) absolute, maksudnya angka 0 benar-benar tidak ada nilainya. Data rasio adalah data dengan tingkatan pengukuran paling tinggi di antara jenis data lainnya. Contoh: Prestasi, usia, jumlah bakteri, tinggi tanaman, dan lain-lain.
Jenis data pada penelitian “Efektivitas Metode Al Barqy Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Al Qur’an Pada Siswa Sekolah Dasar” , adalah :
1. Data Nominal pada kelompok eksperimen dan kontrol adalah :
a. Jumlah siwa laki-laki kelompok eksperimen adalah 24 orang
b. Jumlah siswa perempuan kelompok eksperimen adalah 24 orang
c. Jumlah siwa laki-laki kelompok kontrol adalah 24 orang
d. Jumlah siswa perempuan kelompok kontrol adalah 24 orang
2. Data Ordinal, data ordinal yang dicari dari penelitian ini adalah :
Kemampuan siswa dalam membaca Al Qur’an dalam beberapa kategori, yaitu :
a. Kategori 1 (Kurang Sekali) yaitu siswa tidak mampu membaca.
b. Kategori 2 (Kurang) yaitu siswa membaca huruf tanpa haraka secara terpatah patah.
c. Kategori 3 (Cukup) yaitu siswa membaca huruf tanpa harakat secara lancar.
d. Kategori 4 (Baik) yaitu siswa membaca huruf berharakat secara terpatah patah.
e. Kategori 5 (Baik Sekali) yaitu siswa membaca huruf berharakat secara lancar.
3. Data Rasio, data rasio yang dihitung dari penelitian ini adalah :
Kemampuan siswa dalam membaca Al Qur’an
b. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah sumber subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuisioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Sumber data berupa responden ini dipakai dalam penelitian kuantitatif.
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan.
2. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah literatur, artikel, jurnal serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.Selain data primer, sumber data yang dipakai peneliti adalah sumber data sekunder, data sekunder didapat melalui berbagai sumber yaitu literatur artikel, serta situs di internet yang berkenaandengan penelitian yang dilakukan.
Data primer dalam penelitian “Efektivitas Metode Al Barqy Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Al Qur’an Pada Siswa Sekolah Dasar”, adalah : Siswa Kelas Satu Sekolah Dasar Istiqomah Lembang sebagai kelompok kontrol dan Siswa Kelas Satu Sekolah Dasar Mathla’ul Khoeriyah Bandung sebagai kelompok eksperimen.
Data sekunder dalam penelitian “Metode Al Barqy Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Al Qur’an Pada Siswa Sekolah Dasar” , adalah : Buku panduan Al Barqy, literatur skripsi dan situs internet.
c. Alat Pengumpul Data
Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data untuk keperluan penelitian. Pengumpul data merupakan langkah yang sangat penting, di mana data yang dikumpulkan adalah untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Karena itu alat penelitian yang dipergunakan harus memenuhi syarat, yaitu keterandalan (reliabilitas) dan kesahihan (validitas). Karena alat pengambil data (instrumen) yang akan digunakan sangat menentukan hasil kualitas data, dan hasil kualitas data menentukan kualitas penelitian.
(Bohar Soeharto,1993 : 113)
Alat pengumpul data dalam penelitian “Efektivitas Metode Al Barqy Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Al Qur’an Pada Siswa Sekolah Dasar”, adalah : Lembar Test (PreTest dan Post Test) untuk mengetahui kemampuan membaca Al Qur’an pada Siswa Kelas Satu Sekolah Dasar.
2. Pelaksanaan Pengumpulan Data
SEKOLAH DASAR KELOMPOK EKSPERIMEN (SD MATHLA’UL KHOERIYAH)
PERTEMUAN KE 1 / PRE TEST / TEST PERTAMA
|
PERTEMUAN KE 2 / PEMBERIAN MATERI
|
PERTEMUAN KE 3 / POST TEST / TEST KEDUA
|
SEKOLAH DASAR KELOMPOK KONTROL (SDIT ISTIQOMAH)
PERTEMUAN KE 2 / POST TEST / TEST KEDUA
|
PERTEMUAN KE 1 / PRE TEST / TEST PERTAMA
|
Kelompok eksperimen, yakni kelompok yang memperoleh perlakuan. Kelompok eksperimen ini mengikuti pre test, kemudian memperoleh perlakuan berupa pemberian materi Al Barqy. Selanjutnya, mereka mengikuti post test.
Kelompok kontrol. Mereka mengikuti pre test dengan soal yang sama dengan soal untuk kelompok eksperimen. Kelompok ini tidak memperoleh perlakuan berupa pemberian materi Al Barqy. Setelah itu, kelompok B pun mengikuti post test.
Pelaksanaan pengumpulan data pada penelitian “Metode Al Barqy Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Al Qur’an Pada Siswa Sekolah Dasar” , adalah :
1. Tahap pra lapangan
Tahap ini dilakukan sebelum peneliti mengumpulkan data yang meliputi studi kepustakaan dan orientasi. Orientasi dilakukan peneliti untuk memeperoleh gambaran umum yang digunakan sebagai pengetahuan dasar peneliti mengenai situasi lapangan berdasarkan bahan yang dipelajari dari berbagai sumber.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap ini ditempuh peneliti dengan observasi, wawancara, studi dokumentasi, serta pre dan post test.
B. Pengolahan Data
1. Teknik Pengolahan Data
Sugiyono (2012:7) metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan sebagai iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitiannya berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik.
Teknik pengolahan data dalam penelitian “Efektivitas Metode Al Barqy Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Al Qur’an Pada Siswa Sekolah Dasar”, adalah Teknik statistik manual maupun menggunakan program komputer.
2. Langkah Pengolahan Data
Di dalam penelitian sosial, pengolahan dan analisa data meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
a. Membersihkan, menyusun dan mengedit data.
b. Melakukan koding dan membuat buku kode (code book).
c. Memasukan data ke dalam program komputer (data entry).
d. Melakukan cek terhadap accuracy.
e. Melakukan transformasi data (apabila diperlukan).
f. Mengolah data dengan program statistik seperti SPSS, Excel.
(Erwan Agus Purwanto , Dyah Ratih, Sulistyastuti, 2011 : 96 - 97)
Langkah pengolahan data dalam penelitian “Efektivitas Metode Al Barqy Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Al Qur’an Pada Siswa Sekolah Dasar”, adalah :
a. Editing
Pada tahap ini yang dilakukan adalah memeriksa isian Lembar Test baik pre test maupun post test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tujuan proses editing ini adalah untuk memeriksa jika terdapat kesalahan pada proses pengisisan Lembar Test.
b. Koding
Pada tahap ini yang dilakukan adalah memindahkan, mengatur dan memasukan skor yang terdapat pada isian Lembar Test pada kolom-kolom yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan kategori-kategori tertentu. Tujuan proses koding ini adalah untuk memudahkan menganalisa dan mengolah data.
c. Pengolahan Data
Pada tahap ini yang dilakukan adalah mengolah data yang telah didapatkan dengan menggunakan teknik statistika baik secara manual ataupun melalui program komputer statistik.
3. Pengolahan Data
Mengolah data adalah menimbang, menyaring, mengatur dan mengklarifikasikan. Menimbang dan menyaring data, berarti benar-benar memilih secara hati-hati data yang relevan/ tepat dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Mengatur dan mengklarifikasikan berarti menggolongkan, menyusun, mengkelompokan menjadi satu, untuk kemudian dibuat klasifikasi dan kategori tertentu.
(Bohar Soeharto,1993 : 129)
Salah satu proses pengolahan data adalah analisa data. Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami untuk diinterpretasikan.
(Erwan Agus Purwanto , Dyah Ratih, Sulistyastuti, 2011 : 109)
Pengolahan data (analisa data) dalam penelitian “Efektivitas Metode Al Barqy Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Al Qur’an Pada Siswa Sekolah Dasar”, menggunakan :
a. Analisa Deskriptif, yang dimaksudkan untuk mengetahui lebih terinci tentang karakteristik data dan lalu meringkas serta menjelaskan data. Analisa yang digunakan adalah analisa deskriptif univariat yang akan menjelaskan tentang :
1. Frekuensi
2. Proporsi , Klasifikasi atau Persentase
3. Rasio
4. Ukuran gejala pusat ( mean, modus, median)
5. Ukuran sebaran ( varians, deviasi standar, range dan sebagainya)
4. Temuan Lapangan
Beberapa temuan lapangan dalam penelitian “Efektivitas Metode Al Barqy Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Al Qur’an Pada Siswa Sekolah Dasar”, adalah :
1. Kemampuan dasar membaca Al Qur’an pada siswa sekolah dasar kelas satu, baik pada siswa sekolah dasar pre test maupun pada siswa sekolah dasar post test beragam. Tingkat tertinggi kemampuan membaca Al Qur’an pada siswa yang peneliti temukan adalah siswa telah mampu membaca Al Qur’an. Dan tingkat terendah yang peneliti temukan adalah tingkat membaca Al Qur’an metode Iqro tingkat satu. Selebihnya adalah tingkat kemampuan membaca antara Al Qur’an dan metode Iqro tingkat satu.
2. Adanya beragam/perbedaan tanggapan tiap siswa pada waktu perlakuan / pemberian materi penelitian pada kelompok eksperimen.
3. Adanya keberpihakan/subjektifitas guru/lembaga pendidikan pada siswa yang akan di test sehingga sebelum/dalam pengetsan, siswa terlebih dahulu diberi perlakuan oleh guru, yang mana seharusnya perlakuan diberikan oleh peneliti.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Penelitian tentang Kemampuan membaca Al Qur’an siswa Sekolah Dasar Mathla’ul Khoeriyah Sebelum Perlakuan Berupa Metode Metode Al Barqy
Acuan Konversi Skor
(untuk setiap satu materi penugasan/indikator)
Tingkat penguasaan materi
|
Tafsiran
|
80% - 100 %
|
Hampir seluruhnya
|
60% - 79 %
|
Sebagian Besar
|
40 % - 59 %
|
Hampir Setengahnya
|
20 % - 39 %
|
Sebagian Kecil
|
10 % - 19 %
|
Sebagian Terkecil
|
Jumlah siswa 24 orang
Bobot skor tertinggi/pertanyaan 5 point
Skor Maksimal Ideal = 24 x 5 = 120
Penguasaan 80 % =
x 120 = 96

Penguasaan 60 % =
x 120 = 72

Penguasaan 40 % =
x 120 = 48

Penguasaan 20 % =
x 120 = 24

Penguasaan 10 % =
x 120 = 12

Selanjutnya disusun bentuk konversi sebagai berikut:
Pedoman Konversi Skor (untuk setiap satu materi penugasan/indikator)
Tingkat penguasaan materi
|
Nilai
|
Tafsiran
| |
Angka
|
%
| ||
73 - 96
|
5
(Baik Sekali)
|
80 %
|
Hampir seluruhnya
|
49 - 72
|
4
(Baik)
|
60 %
|
Sebagian Besar
|
25 - 48
|
3
(Cukup)
|
40 %
|
Hampir Setengahnya
|
13 – 24
|
2
(Kurang)
|
20 %
|
Sebagian Kecil
|
0 – 12
|
1
(Kurang Sekali)
|
10 %
|
Sebagian Terkecil
|
Hasil Pre Test Kelompok Eksperimen SD Mathla’ul Khoeriyah
Penugasan
|
Membaca
مَرَجَ
مَ رَ جَ
| ||||
Skor
|
1
(Kurang Sekali)
Siswa tidak mampu membaca
|
2
(Kurang)
Siswa membaca
huruf tanpa harakat secara terpatah patah
|
3
(Cukup)
Siswa membaca
huruf tanpa harakat secara lancar
|
4
(Baik)
Siswa membaca
huruf berharakat secara terpatah- patah
|
5
(Baik Sekali)
Siswa membaca
huruf berharakat
secara lancar
|
f
|
0
|
0
|
6
|
4
|
14
|
∑ xi
|
0
|
0
|
18
|
16
|
70
|
%
|
20
|
20
|
60
|
Dari 24 siswa yang membaca penugasan مَرَجَ مَ رَ ج, sebanyak 20 % siswa atau sebagian kecil siswa mampu membaca huruf tanpa harakat secara lancar, 20 % atau sebagian kecil siswa membaca huruf berharakat secara terpatah-patah dan 60 % atau sebagian besar siswa membaca huruf berharakat secara lancar.
Penugasan
|
Membaca
كَ دَ ﺮَ
كَدَرَ
| ||||
Skor
|
1
(Kurang Sekali)
Siswa tidak mampu membaca
|
2
(Kurang)
Siswa membaca
huruf tanpa harakat secara terpatah patah
|
3
(Cukup)
Siswa membaca
huruf tanpa harakat secara lancar
|
4
(Baik)
Siswa membaca
huruf berharakat secara terpatah- patah
|
5
(Baik Sekali)
Siswa membaca
huruf berharakat
secara lancar
|
f
|
0
|
1
|
4
|
5
|
14
|
∑ xi
|
0
|
2
|
12
|
20
|
70
|
%
|
10
|
10
|
20
|
60
|
Dari 24 siswa yang membaca penugasan كَ دَ ﺮَ كَدَرَ, sebanyak 10 % siswa atau sebagian terkecil siswa mampu membaca huruf tanpa harakat secara terpatah-patah, 10 % atau sebagian terkecil siswa membaca huruf tanpa harakat secara lancar, 20 % atau sebagian kecil siswa membaca huruf berharakat secara terpatah-patah dan 60 % siswa atau sebagian besar siswa membaca huruf berharakat secara lancar.
Penugasan
|
Membaca
ﮪَ مَ سَ
ﮪَمَسَ
| ||||
Skor
|
1
(Kurang Sekali)
Siswa tidak mampu membaca
|
2
(Kurang)
Siswa membaca
huruf tanpa harakat secara terpatah patah
|
3
(Cukup)
Siswa membaca
huruf tanpa harakat secara lancar
|
4
(Baik)
Siswa membaca
huruf berharakat secara terpatah- patah
|
5
(Baik Sekali)
Siswa membaca
huruf berharakat
secara lancar
|
f
|
0
|
0
|
4
|
5
|
15
|
∑ xi
|
0
|
2
|
12
|
20
|
75
|
%
|
10
|
10
|
20
|
80
|
Dari 24 siswa yang membaca penugasan ﮪَ مَ سَ ﮪَمَسَ , sebanyak 10 % siswa atau sebagian terkecil siswa mampu membaca huruf tanpa harakat secara terpatah-patah, 10 % atau sebagian terkecil siswa membaca huruf tanpa harakat secara lancar, 20 % atau sebagian kecil siswa membaca huruf berharakat secara terpatah-patah dan 80 % siswa atau hampir seluruh siswa membaca huruf berharakat secara lancar.
Penugasan
|
Membaca
مَ سَ كَ
مَسَكَ
| ||||
Skor
|
1
(Kurang Sekali)
Siswa tidak mampu membaca
|
2
(Kurang)
Siswa membaca
huruf tanpa harakat secara terpatah patah
|
3
(Cukup)
Siswa membaca
huruf tanpa harakat secara lancar
|
4
(Baik)
Siswa membaca
huruf berharakat secara terpatah- patah
|
5
(Baik Sekali)
Siswa membaca
huruf berharakat
secara lancar
|
f
|
0
|
1
|
4
|
3
|
16
|
∑ xi
|
0
|
2
|
12
|
12
|
80
|
%
|
10
|
10
|
10
|
80
|
Dari 24 siswa yang membaca penugasan مَ سَ كَ مَسَكَ , sebanyak 10 % siswa atau sebagian terkecil siswa mampu membaca huruf tanpa harakat secara terpatah-patah, 10 % atau sebagian terkecil siswa membaca huruf tanpa harakat secara lancar, 10 % atau sebagian terkecil siswa membaca huruf berharakat secara terpatah-patah dan 80 % siswa atau hampir seluruh siswa membaca huruf berharakat secara lancar.
Penugasan
|
Membaca
تَهُ
| ||||
Skor
|
1
(Kurang Sekali)
Siswa tidak mampu membaca
|
2
(Kurang)
Siswa membaca
huruf tanpa harakat secara terpatah patah
|
3
(Cukup)
Siswa membaca
huruf tanpa harakat secara lancar
|
4
(Baik)
Siswa membaca
huruf berharakat secara terpatah- patah
|
5
(Baik Sekali)
Siswa membaca
huruf berharakat
secara lancar
|
f
|
0
|
1
|
5
|
5
|
13
|
∑ xi
|
0
|
2
|
15
|
20
|
65
|
%
|
10
|
20
|
20
|
60
|
Dari 24 siswa yang membaca penugasan تَهُ , sebanyak 10 % siswa atau sebagian terkecil siswa mampu membaca huruf tanpa harakat secara terpatah-patah, 20 % atau sebagian kecil siswa membaca huruf tanpa harakat secara lancar, 20 % atau sebagian kecil siswa membaca huruf berharakat secara terpatah-patah dan 60 % siswa atau sebagian besar siswa membaca huruf berharakat secara lancar.
Penugasan
|
Membaca
ھَتِ
| ||||
Skor
|
1
(Kurang Sekali)
Siswa tidak mampu membaca
|
2
(Kurang)
Siswa membaca
huruf tanpa harakat secara terpatah patah
|
3
(Cukup)
Siswa membaca
huruf tanpa harakat secara lancar
|
4
(Baik)
Siswa membaca
huruf berharakat secara terpatah- patah
|
5
(Baik Sekali)
Siswa membaca
huruf berharakat
secara lancar
|
f
|
0
|
2
|
4
|
3
|
15
|
∑ xi
|
0
|
4
|
12
|
12
|
75
|
%
|
10
|
10
|
10
|
80
|
Dari 24 siswa yang membaca penugasan ھَتِ , sebanyak 10 % siswa atau sebagian terkecil siswa mampu membaca huruf tanpa harakat secara terpatah-patah, 10 % atau sebagian terkecil siswa membaca huruf tanpa harakat secara lancar, 10 % atau sebagian terkecil siswa membaca huruf berharakat secara terpatah-patah dan 80 % siswa atau hampir siswa membaca huruf berharakat secara lancar.
2. Hasil Penelitian tentang Perencanaan Pembelajaran dengan Metode Al Barqy untuk pengembangan Kemampuan membaca Al Qur’an pada siswa Sekolah Dasar Mathla’ul Khoeriyah Kelas Satu
Berdasarkan dari hasil observasi peneliti tentang perencanaan pembelajaran dengan metode Al Barqy di SD Mathla’ul Khoeriyah, bahwa sebelum pelaksanaan materi pembelajaran, pemateri mempersiapkan terlebih dahulu alat peraga Al Barqy yaitu kertas putih yang bertuliskan materi Al Barqy berukuran kurang lebih 0,5 m x 1 m, lalu ditempelkan/diletakan didepan pada papan tulis. Setelah itu pemateri memperkenalkan tentang materi Al Barqy.
3. Hasil Penelitian tentang Pelaksanaan Pembelajaran dengan Metode Al Barqy untuk pengembangan Kemampuan membaca Al Qur’an pada siswa Sekolah Dasar Mathla’ul Khoeriyah Kelas Satu.
Berdasarkan dari hasil observasi peneliti tentang pelaksanaan pembelajaran dengan metode Al Barqy di SD Mathla’ul Khoeriyah, bahwa pemateri memulai pembelajaran dengan pelajaran pertama yaitu tentang pengenalan kata lembaga Al Barqy yaitu ADA RAJA MAHA KAYA KATA WANA SAMA LABA, pemateri mengenalkan dengan cara bercerita bahwasanya ada seorang Raja yang Maha Kaya kata si Wana dan kata si Laba. Setelah itu pemateri mengulang ceritanya dan tentang ADA “seorang” RAJA lalu menerapkan pada kata اَ دَ رَ جَ pada alat peraga Al Barqy. Setelah itu pemateri memulai materi menggunakan metode membaca SAS Al Barqy dengan bantuan alat peraga. Demikianlah seterusnya pemateri memberikan materi tentang kata lembaga MAHA KAYA, KATA WANA, SAMA LABA.
4. Hasil penelitian tentang Efektivitas Metode Al Barqy untuk pengembangan Kemampuan membaca Al Qur’an pada siswa Sekolah Dasar Mathla’ul Khoeriyah.
Hasil Post Test Kelompok Eksperimen SD Mathla’ul Khoeriyah
Penugasan
|
Membaca
مَرَجَ
مَ رَ جَ
| ||||
Skor
|
1
(Kurang Sekali)
Siswa tidak mampu membaca
|
2
(Kurang)
Siswa membaca
huruf tanpa harakat secara terpatah patah
|
3
(Cukup)
Siswa membaca
huruf tanpa harakat secara lancar
|
4
(Baik)
Siswa membaca
huruf berharakat secara terpatah- patah
|
5
(Baik Sekali)
Siswa membaca
huruf berharakat
secara lancar
|
f
|
1
|
0
|
4
|
1
|
18
|
∑ xi
|
1
|
0
|
12
|
4
|
90
|
%
|
10
|
0
|
10
|
10
|
80
|
Dari 24 siswa yang membaca penugasan مَرَجَ مَ رَ ج, sebanyak 10 % siswa atau sebagian terkecil siswa tidak mampu membaca, 10 % atau sebagian terkecil siswa membaca huruf tanpa harakat secara lancar. 10 % atau sebagian terkecil siswa membaca huruf berharakat secara terpatah-patah dan 80 % atau sebagian besar siswa membaca huruf berharakat secara lancar.
Penugasan
|
Membaca
كَ دَ ﺮَ
كَدَرَ
| ||||
Skor
|
1
(Kurang Sekali)
Siswa tidak mampu membaca
|
2
(Kurang)
Siswa membaca
huruf tanpa harakat secara terpatah patah
|
3
(Cukup)
Siswa membaca
huruf tanpa harakat secara lancar
|
4
(Baik)
Siswa membaca
huruf berharakat secara terpatah- patah
|
5
(Baik Sekali)
Siswa membaca
huruf berharakat
secara lancar
|
f
|
1
|
0
|
3
|
3
|
17
|
∑ xi
|
1
|
0
|
9
|
12
|
85
|
%
|
10
|
0
|
10
|
10
|
80
|
Dari 24 siswa yang membaca penugasan كَ دَ ﺮَ كَدَرَ, sebanyak 10 % siswa atau sebagian terkecil siswa tidak mampu membaca, 10 % atau sebagian terkecil siswa membaca huruf tanpa harakat secara lancar, 10 % atau sebagian terkecil siswa membaca huruf berharakat secara terpatah-patah dan 80 % atau sebagian besar siswa membaca huruf berharakat secara lancar.
Penugasan
|
Membaca
ﮪَ مَ سَ
ﮪَمَسَ
| ||||
Skor
|
1
(Kurang Sekali)
Siswa tidak mampu membaca
|
2
(Kurang)
Siswa membaca
huruf tanpa harakat secara terpatah patah
|
3
(Cukup)
Siswa membaca
huruf tanpa harakat secara lancar
|
4
(Baik)
Siswa membaca
huruf berharakat secara terpatah- patah
|
5
(Baik Sekali)
Siswa membaca
huruf berharakat
secara lancar
|
f
|
1
|
0
|
2
|
2
|
19
|
∑ xi
|
1
|
0
|
6
|
8
|
95
|
%
|
10
|
0
|
10
|
10
|
80
|
Dari 24 siswa yang membaca penugasan ﮪَ مَ سَ ﮪَمَسَ , sebanyak 10 % siswa atau sebagian terkecil siswa tidak mampu membaca huruf, 10 % atau sebagian terkecil siswa membaca huruf tanpa harakat secara lancar, 10 % atau sebagian terkecil siswa membaca huruf berharakat secara terpatah-patah dan 80 % siswa atau hampir seluruh siswa membaca huruf berharakat secara lancar.
Penugasan
|
Membaca
مَ سَ كَ
مَسَكَ
| ||||
Skor
|
1
(Kurang Sekali)
Siswa tidak mampu membaca
|
2
(Kurang)
Siswa membaca
huruf tanpa harakat secara terpatah patah
|
3
(Cukup)
Siswa membaca
huruf tanpa harakat secara lancar
|
4
(Baik)
Siswa membaca
huruf berharakat secara terpatah- patah
|
5
(Baik Sekali)
Siswa membaca
huruf berharakat
secara lancar
|
f
|
1
|
0
|
3
|
2
|
18
|
∑ xi
|
1
|
0
|
9
|
8
|
90
|
%
|
10
|
0
|
10
|
10
|
80
|
Dari 24 siswa yang membaca penugasan مَ سَ كَ مَسَكَ , sebanyak 10 % siswa atau sebagian terkecil siswa tidak mampu, 10 % atau sebagian terkecil siswa membaca huruf tanpa harakat secara lancar, 10 % atau sebagian terkecil siswa membaca huruf berharakat secara terpatah-patah dan 80 % siswa atau hampir seluruh siswa membaca huruf berharakat secara lancar.
Penugasan
|
Membaca
تَهُ
| ||||
Skor
|
1
(Kurang Sekali)
Siswa tidak mampu membaca
|
2
(Kurang)
Siswa membaca
huruf tanpa harakat secara terpatah patah
|
3
(Cukup)
Siswa membaca
huruf tanpa harakat secara lancar
|
4
(Baik)
Siswa membaca
huruf berharakat secara terpatah- patah
|
5
(Baik Sekali)
Siswa membaca
huruf berharakat
secara lancar
|
f
|
2
|
2
|
1
|
2
|
17
|
∑ xi
|
2
|
4
|
3
|
8
|
85
|
%
|
10
|
10
|
10
|
10
|
80
|
Dari 24 siswa yang membaca penugasan تَهُ , sebanyak 10 % siswa atau sebagian terkecil siswa mampu membaca, 10 % atau sebagian terkecil siswa membaca huruf tanpa harakat secara terpatah-patah, 10 % atau sebagian terkecil siswa membaca huruf tanpa harakat secara lancar, 10 % siswa atau sebagian terkecil siswa membaca huruf berharakat secara terpatah-patah dan 80% atau hampir seluruh siswa membaca huruf berharakat secara lancar.
Penugasan
|
Membaca
ھَتِ
| ||||
Skor
|
1
(Kurang Sekali)
Siswa tidak mampu membaca
|
2
(Kurang)
Siswa membaca
huruf tanpa harakat secara terpatah patah
|
3
(Cukup)
Siswa membaca
huruf tanpa harakat secara lancar
|
4
(Baik)
Siswa membaca
huruf berharakat secara terpatah- patah
|
5
(Baik Sekali)
Siswa membaca
huruf berharakat
secara lancar
|
f
|
1
|
2
|
0
|
5
|
16
|
∑ xi
|
1
|
4
|
0
|
20
|
80
|
%
|
10
|
10
|
0
|
20
|
80
|
Dari 24 siswa yang membaca penugasan ھَتِ , sebanyak 10 % siswa atau sebagian terkecil siswa tidak mampu membaca huruf, 10 % atau sebagian terkecil siswa membaca huruf tanpa harakat secara terpatah-patah, 20 % atau sebagian kecil siswa membaca huruf berharakat secara terpatah-patah dan 80 % siswa atau hampir siswa membaca huruf berharakat secara lancar.
Berikut ini merupakan ringkasan hasil penelitian yang diperoleh dari 24 anak yang disajikan sebagai kelompok kontrol dan 24 anak yang dijadikan sebagai kelompok eksperimen.
Kelompok
|
Indikator
|
Pre
|
Post
|
% perubahan
![]() | ||
∑ xi
| ![]() |
∑ xi
| ![]() | |||
Eksperimen
|
مَ رَ جَ
|
104
|
4,3
|
107
|
4,5
|
5%
|
كَ دَ ﺮَ
|
104
|
4,3
|
107
|
4,5
|
5%
| |
ﮪَ مَ سَ
|
107
|
4,5
|
110
|
4,6
|
2%
| |
مَ سَ كَ
|
106
|
4,4
|
108
|
4,5
|
2%
| |
تَهُ
|
102
|
4,3
|
102
|
4,25
|
-1%
| |
ھَتِ
|
103
|
4,1
|
105
|
4,4
|
7%
| |
Total Rara-rata
4,3
|
Total Rara-rata
4,5
|
Rata-rata
% perubahan
![]()
3%
| ||||
Kontrol
|
مَ رَ جَ
|
117
|
4,9
|
111
|
4,6
|
-6%
|
كَ دَ ﺮَ
|
115
|
4,8
|
112
|
4,7
|
-2%
| |
ﮪَ مَ سَ
|
115
|
4,8
|
111
|
4,6
|
-4%
| |
مَ سَ كَ
|
113
|
4,7
|
107
|
4,5
|
-4%
| |
تَهُ
|
106
|
4,4
|
90
|
3,8
|
-14%
| |
ھَتِ
|
110
|
4,6
|
103
|
4,1
|
-11%
| |
Total Rara-rata
4,7
|
Total Rara-rata
4,4
|
Rata-rata
% perubahan
![]()
-7 %
|
Dari data di atas dapat ditafsirkan sebagai berikut :
1. Nilai total rata-rata kelompok eksperimen pada pre test adalah sebesar 4,3 yang tafsirannya sebagian besar siswa mampu membaca satu persatu indikator kemampuan membaca Al Qur’an secara baik.
2. Nilai total rata-rata kelompok eksperimen pada post test adalah sebesar 4,5 yang tafsirannya sebagian besar siswa mampu membaca satu persatu indikator kemampuan membaca Al Qur’an secara baik.
3. Total nilai rata-rata persentase perubahan nilai rata-rata dari pre test ke post test naik sebesar 3% atau + 3%.
4. Nilai total rata-rata kelompok kontrol pada pre test adalah sebesar 4,7 yang tafsirannya sebagian besar siswa mampu membaca satu persatu indikator kemampuan membaca Al Qur’an secara baik.
5. Nilai total rata-rata kelompok kontrol pada post test adalah sebesar 4,4 yang tafsirannya sebagian besar siswa mampu membaca satu persatu indikator kemampuan membaca Al Qur’an secara baik.
6. Total nilai rata-rata persentase perubahan nilai rata-rata dari pre test ke post test adalah turun sebesar 7 % atau -7%.
Acuan Konversi Skor
(untuk seluruh/enam materi penugasan/indikator)
Tingkat penguasaan materi
|
Tafsiran
|
80% - 100 %
|
Hampir seluruhnya
|
60% - 79 %
|
Sebagian Besar
|
40 % - 59 %
|
Hampir Setengahnya
|
20 % - 39 %
|
Sebagian Kecil
|
10 % - 19 %
|
Sebagian Terkecil
|
Jumlah siswa 24 orang
Jumlah pertanyaan : 6 buah
Bobot skor tertinggi/pertanyaan 5 point
Skor Maksimal Ideal = 24 x 6 x 5 = 720
Penguasaan 80 % =
x 720 = 576

Penguasaan 60 % =
x 720 = 432

Penguasaan 40 % =
x 720 = 288

Penguasaan 20 % =
x 720 = 144

Penguasaan 10 % =
x 720 = 72

Selanjutnya disusun bentuk konversi sebagai berikut:
Pedoman konversi skor
(untuk seluruh/enam materi penugasan/indikator)
Tingkat penguasaan materi
|
Nilai
|
Tafsiran
| |
Angka
|
%
| ||
433 - 576
|
5
(Baik Sekali)
|
80 %
|
Hampir seluruhnya
|
289 - 432
|
4
(Baik)
|
60 %
|
Sebagian Besar
|
145 - 288
|
3
(Cukup)
|
40 %
|
Hampir Setengahnya
|
73 – 144
|
2
(Kurang)
|
20 %
|
Sebagian Kecil
|
0 – 72
|
1
(Kurang Sekali)
|
10 %
|
Sebagian Terkecil
|
Kelompok
|
Indikator
|
Pre
|
Post
|
% perubahan
![]() | ||
∑ xi
| ![]() |
∑ xi
| ![]() | |||
Eksperimen
|
مَ رَ جَ
|
104
|
4,3
|
107
|
4,5
|
5%
|
كَ دَ ﺮَ
|
104
|
4,3
|
107
|
4,5
|
5%
| |
ﮪَ مَ سَ
|
107
|
4,5
|
110
|
4,6
|
2%
| |
مَ سَ كَ
|
106
|
4,4
|
108
|
4,5
|
2%
| |
تَهُ
|
102
|
4,3
|
102
|
4,25
|
-1%
| |
ھَتِ
|
103
|
4,1
|
105
|
4,4
|
7%
| |
Total Skor
626
|
Total
![]()
4,3
|
Total Skor
639
|
Total
![]()
4,5
|
Total % perubahan
![]()
5%
|
Kelompok
|
Indikator
|
Pre
|
Post
|
% perubahan
![]() | ||
∑ xi
| ![]() |
∑ xi
| ![]() | |||
Kontrol
|
مَ رَ جَ
|
117
|
4,9
|
111
|
4,6
|
5%
|
كَ دَ ﺮَ
|
115
|
4,8
|
112
|
4,7
|
5%
| |
ﮪَ مَ سَ
|
115
|
4,8
|
111
|
4,6
|
2%
| |
مَ سَ كَ
|
113
|
4,7
|
107
|
4,5
|
2%
| |
تَهُ
|
106
|
4,4
|
90
|
3,8
|
-1%
| |
ھَتِ
|
110
|
4,6
|
103
|
4,1
|
7%
| |
Total Skor
676
|
Total
![]()
4,7
|
Total Skor
634
|
Total
![]()
4,4
|
Total % perubahan
![]()
-7 %
|
Dari data di atas dapat ditafsirkan sebagai berikut :
1. Nilai total rata-rata kelompok eksperimen pada pre test adalah sebesar 4,3 yang tafsirannya sebagian besar siswa mampu membaca seluruh indikator kemampuan membaca Al Qur’an secara baik.
2. Nilai total rata-rata kelompok eksperimen pada post test adalah sebesar 4,5 yang tafsirannya sebagian besar siswa mampu membaca seluruh indikator kemampuan membaca Al Qur’an secara baik.
3. Total nilai rata-rata persentase perubahan nilai rata-rata dari pre test ke post test naik sebesar 5% atau + 5%.
4. Nilai total rata-rata kelompok kontrol pada pre test adalah sebesar 4,7 yang tafsirannya sebagian besar siswa mampu membaca satu persatu indikator kemampuan membaca Al Qur’an secara baik.
5. Nilai total rata-rata kelompok kontrol pada post test adalah sebesar 4,4 yang tafsirannya sebagian besar siswa mampu membaca satu persatu indikator kemampuan membaca Al Qur’an secara baik.
6. Total nilai rata-rata persentase perubahan nilai rata-rata dari pre test ke post test adalah turun sebesar 7 % atau -7%.
B. Pembahasan
1. Hasil Penelitian tentang Kemampuan membaca Al Qur’an siswa Sekolah Dasar Mathla’ul Khoeriyah Sebelum Perlakuan Berupa Metode Metode Al Barqy.
Acuan kemampuan membaca Al Qur’an peneliti dasarkan pada acuan kurikulum membaca Al Qur’an pada tingkat Sekolah Dasar yang menggunakan metode Al Barqy sebagai kurikulum membaca Al Qur’annya. Perlu peneliti garis bawahi, bahwa peneliti mengalami kesulitan untuk mencari acuan standar kemampuan membaca Al Qur’an, bahkan mungkin acuan tersebut belum tersusun secara standar resmi baik oleh para ahli, pemerintah maupun atau lembaga lainnya, karena ukuran kemampuan membaca Al Qur’an para ahli, pemerintah maupun lembaga lainnya mungkin berbeda satu sama lainnya. Peneliti telah merumuskan definisi operasional kemampuan membaca Al Qur’an adalah ketrampilan yang dilakukan untuk mengenal, melafalkan huruf-huruf Hijaiyah beserta tanda bacanya, lalu merangkaikan huruf-huruf tersebut menjadi kalimat bacaan dengan Bahasa Arab yang terdapat dalam Al Qur’an. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka hasil penelitian tentang Kemampuan membaca Al Qur’an siswa Sekolah Dasar Mathla’ul Khoeriyah sebelum perlakuan berupa Metode Al Barqy adalah : Nilai total rata-rata kelompok eksperimen pada pre test adalah sebesar 4,3 yang tafsirannya sebagian besar siswa mampu membaca seluruh indikator kemampuan membaca Al Qur’an secara baik.
2. Hasil Penelitian tentang Perencanaan Pembelajaran dengan Metode Al Barqy untuk pengembangan Kemampuan membaca Al Qur’an pada siswa Sekolah Dasar Mathla’ul Khoeriyah.
Perencanaan pembelajaran menurut Banghart dan Trull adalah proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan pendekatan atau metode pembelajaran, dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa satu semester yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. (http://diary-mr417.blogspot.com/2013/01/pengertian-perencanaan-pembelajaran.html).
Peneliti melihat perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh pemateri telah cukup tersusun, pemateri menggunakan alat peraga Al Barqy sebagai media pembelajaran, menggunakan pendekatan bercerita untuk membantu menjelaskan konsep materi, hanya saja peneliti mengkritisi tentang ketepatan alokasi waktu untuk menyampaikan materi, penulis berpendapat bahwa pemateri tidak tepat dalam mengalokasikan waktu dengan jumlah materi, sehingga ada beberapa proses pembelajaran yang tidak tersampaikan secara sempurna.
3. Hasil Penelitian tentang Pelaksanaan Pembelajaran dengan Metode Al Barqy untuk pengembangan Kemampuan membaca Al Qur’an pada siswa Sekolah Dasar Mathla’ul Khoeriyah.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SPN), pasal 19, dinyatakan bahwa: 1. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (http://www.m-edukasi.web.id/2013/08/pelaksanaan-proses-pembelajaran.html).
Pelaksanaan pembelajaran dengan Metode Al Barqy untuk pengembangan kemampuan membaca Al Qur’an pada siswa Sekolah Dasar Mathla’ul Khoeriyah menurut peneliti telah memenuhi Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 seperti di atas. Pemateri dalam melaksanakan pembelajaran terlihat atraktif berkomunikasi dengan peserta didik dengan mengikuti arah komunikasi peserta didik, dalam ini anak sekolah dasar kelas satu. Pemateri tidak memaksakan materi yang akan menyebabkan peserta didik merasa bosan dan tidak menyenangkan. Aspek-aspek proses pembelajaran lainnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tersebut tidak dapat peneliti observasi lebih jauh dari pemateri, karena keterbatasan waktu yang sangat terbatas.
4. Hasil penelitian tentang Efektivitas Metode Al Barqy untuk pengembangan Kemampuan membaca Al Qur’an pada siswa Sekolah Dasar Mathla’ul Khoeriyah
Pengolahan data pada penelitian tentang Efektivitas Metode Al Barqy untuk Pengembangan Kemampuan Membaca Al Qur’an pada Siswa Sekolah Dasar Mathla’ul Khoeriyah menggunakan analisa deskriptif. Analisa deskriptif dimaksudkan untuk memberikan informasi mengenai data-data yang diamatai agar bermakna dan komunikatif. Tujuan dalam analisa deskriptif, yaitu melakukan explorasi mengenai karakteristik data dan meringkas serta mendeskripsikan data. Analisa deskriptif tidak bertujuan menguji hipotesis untuk ditarik kesimpulan yang bisa digeneralisasikan terhadap populasi. Oleh sebab itu analisa deskriptif termasuk dalam statistic deduktif, karena tidak menarik kesimpulan. Analisa yang digunakan adalah analisa deskriptif univariat yang akan menjelaskan tentang :
1. Frekuensi
2. Proporsi , Klasifikasi atau Persentase
3. Rasio
4. Ukuran gejala pusat ( mean, modus, median)
5. Ukuran sebaran ( varians, deviasi standar, range dan sebagainya)
(Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Administrasi Publik Dan Masalah-masalah Sosial, Erwan Agus Purwanto , Dyah Ratih, Sulistyastuti, 2011 : 109).
Berdasarkan penelitian dari Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol pada Pre Test dan Post Test, maka penelitian ini menghitung tentang :
1. Acuan Konversi Skor beserta tafsirannya.
2. Penilaian Acuan Patokan.
3. Pedoman Konversi Skor.
4. Nilai Frekeunsi Indikator Kemampuan Membaca Al Qur’an Siswa Sekolah Dasar Kelas Satu.
5. Nilai Total Skor Indikator Kemampuan Membaca Al Qur’an Siswa Sekolah Dasar Kelas Satu.
6. Nilai Persentase Indikator Kemampuan Membaca Al Qur’an Siswa Sekolah Dasar Kelas Satu.
5. Tafsiran Indikator Kemampuan Membaca Al Qur’an Siswa Sekolah Dasar Kelas Satu.
6. Nilai Rata-rata Skor pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol pada Pre Test dan Post Test.
7. Nilai Perubahan Persentase Rata-rata Skor pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol pada Pre Test dan Post Test.
Sebagaimana definisi Analisa Deskriptif, maka penelitian ini hanya menghitung karakteristik data, meringkas dan menjelaskan data. Penelitian ini tidak menguji hipotesis untuk ditarik kesimpulan yang bisa digeneralisasikan terhadap populasi, sehingga dibutuhkan analisa inferensi, yaitu sebuah metode untuk menarik kesimpulan mengenai karakteristik populasi berdasarkan data sampel dengan melakukan estimasi. Estimasi adalah proses pengolahan data yang diambil dari sampel untuk menaksir parameter populasi.
Komentar
Posting Komentar